
Musik hardcore di Indonesia, sudah eksis pada era 1980-an. Aliran yang berasal dari musik punk ini, mencapai puncaknya di Indonesia pada 1990-an. Warna musik hardcoredi Indonesia hampir seluruhnya kental dengan punk. Hingga pada akhirnya tumbuh berbagai sub scene dari hardcore itu sendiri.
Depok, Jawa Barat, merupakan salah satu basecamp anak-anak hardcore. Dari kota inilah lahir band-band hardcore macam Thinking Straight, Paper Gangster dan A Thousand Punch. Bisa dibilang keras, ternyata perjalanan scene musik hardcore di Depok dulu tak berjalan mulus. Maksudnya, dulu era 1990-an sampai 2000-an awal, musik di Depok seringkali berganti-ganti scene. Akan tetapi, kini semua berubah. Banyak band hardcore yang bermunculan di kota ini dan memantapkan dirinya masing-masing.
Thinking Straight dan Paper Gangster, memang bukan nama asing di kota ini. Keduanya merupakan “pejuang” yang membawa scene musik hardcore di Depok terus bertahan. Hingga melahirkan band-bandhardcore baru yang terinspirasi dari mereka. Salah duanya ialah Struggle of Youth dan Fuise Mean You. Kedua band ini memang masih dikatakan baru. Struggle of Youth baru terbentuk pada 2007. Sedangkan Fuise Mean You sendiri terbentuk pada 2007. Akan tetapi keduanya kini turut membantu pergerakan scene musik hardcore di Depok.
Perjalanan dari 2007 sampai tahun ini baru punya dua demo sama dua album kompilasi. Materi banyak, lengkap. InsyaAllah dari mulai tahun ini udah mulai cicil bikin full album,” jelas Aldi Caesario Ramadhan, drummer dari Struggle of Youth.
Struggle of Youth sendiri awalnya memiliki dua vokalis, Firdaus dan Gema. Hanya saja satu vokalis keluar dan kini formasi mereka hanya berlima, yaitu Firdaus (vokal), David (gitar), Lutvy (gitar), Hafidz (bass) dan Aldi (drum). Mereka sendiri sempat berganti kiblat, dari genre hardcore oldschool macam Last One Standing dari Jepang mengarah kepada modern hardcore. “Sekarang sudah terus berevolusi. Di band gue sendiri gak menjadikan satu band untuk jadi patokan. Maksudnya apa yang gue dan anak-anak dengarkan bagus gitu, gak terpatok dengan satu macam hardcore saja,” terang Aldi. “Kalau di hardcore lebih biasa gak terlalu elegan. Kebersamaannya masih kuat.”
Tak memikirkan single, sekalinya membuat lagu langsung sekaligus membuat demo-demonya. Demo pertama yang diluncurkan oleh Struggle of Youth rilis pada 2009. Sedangkan untuk yang keduanya dirilis pada akhir tahun 2011 lalu, dengan balutan CD kompilasi bertajuk Grayscale MMXI, bersama One Eye Open, Titik Balik dan Yesterday. Apa yang menjadi ciri khas pelantun Clean All kini ialah mengedepankan unsur modern hardcore, tapi mereka tidak meninggalkan unsur-unsur musik Jepang. Bisa didengar dari kerasnya dentuman drum Aldi dan kombinasi distorsi David, Lutvy dan Hafidz, serta vokal bertenaga Firdaus. “Ya dimix aja Jepang, Inggris, Australia. Karena buat kami, Jepang, Inggris, Australia sama Amerika tentunya punya musik yang berbeda-beda. Kalau dimix jadi satu ingin tahu seperti apa. Tentunya nggak melupakan band-band hardcore dari Indonesia, seperti H20,” jelas Aldi.
Bertahan di scene musik hardcore, nyatanya berasal dari kenyamanan dan kesukaan mereka untuk bermusik. Mulai dari nonton, membuat band dan manggung, saling kenal dengan penggemar, bertemu dengan band yang membangun scene hardcore di Depok, semuanya menjadi hal terus membangun Struggle of Youth untuk terus berjuang dalam bermusik, khususnya hardcore. Mereka sendiri melihat, hardcore di Depok sekarang jauh berbeda. Dulu tidak banyak, tapi sekarang semakin banyak dan menjamur. Baik itu band baru dan band lama kini sama-sama berkumpul.
Berbeda dengan Struggle of Youth, cerita Fuise Mean You yang terbentuk pada 2010 rupanya berjalan lebih berat. Karena baru berjalan dalam hitungan bulan dan berganti nama (sebelumnya Fukuda), mereka langsung mengganti drummer mereka yang terbilang angot-angotan dengan drummer baru. “Awalnya gue sering menemani Aldi (Struggle of Youth) dateng ke acara gigs hardcore dan dia manggung, kayanya seru juga. Di situ akhirnya gue sering-sering diajak dan sesuai selera juga. Kayanya gimana gitu, betah aja. Gue betah karena scene hardcore gitu kan tentang semangat gitu ya, jadi merasa lebih muda. Gak terpaut sama umur, yang tua dan muda benar-benar bercampur,” terang Muhammad Kamal Pasha, menceritakan perjalanannya menjadi drummer Fuise Mean You.
Terinspirasi dari Modern Life dan band-band hardcore yang baru, Fuise Mean You, yang terdiri dari Rino (vokal), Fajar (gitar), Rio (gitar), Fikry (bass) dan Kamal (drum), berkarya dengan mengusung modern hardcore sebagai ujung tombaknya. Namun menurut Kamal sendiri, Fuise Mean You juga memiliki unsur emo. Seperti yang terdengar dalam Fake Hope. “Ya meskipun nggak sekeras band hardcore lain ya. Lirik-liriknya aja lirik-lirik galau. Tempo-temponya tuh kadang cepat kadang lambat, kalo hardcore cepat terus kan, kalau Fuise ada cepat dan ada melodinya. Dibilang emo hardcore juga enggak sih,” jelas drummer berambut pendek ini seputar arah Fuise Mean You. “Progressive kali ya? Gue sendiri juga bingung (sambil tertawa).”
Meskipun dengan sub genre yang berbeda, Struggle of Youth dan Fuise Mean You tetap merupakan bagian dari scene hardcore kota Depok. Keduanya juga bersama-sama terus mempertahankan dan mengembangkan genre tersebut, yang kabarnya tengah menjadi scene yang paling lama bertahan di kota yang terkenal dengan salah satu universitas ternama di Indonesia itu. Seakan tak peduli band lama atau band baru, menurut mereka hardcore merupakan salah satu scene musik yang menyenangkan bagi pecinta musik, khususnya di bilangan Depok.
Untuk Anda yang penasaran seperti apa mereka, bisa dilihat di Facebook Struggle of Youth atau dengarkan Fuise Mean You, Struggle of Youth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar